Empat Kata Kunci Era Bonus Demografi

Empat Kata Kunci Era Bonus Demografi

Ini adalah empat kata  yang menjadi kunci bagi Indonesia dalam menghadapi tantangan era bonus demografi pada tahun 2020-2030. Nilai plus  era bonus demografi yang akan merata di Indonesia bersamaan dengan majunya inovasi teknologi informasi.

1. YOUNG.

Usia muda mewakili usia produktif pada era bonus demografi. Melihat data, sekitar 34 % penduduk kita nantinya akan dipenuhi usia 15-34 tahun ( 70-80 juta )* . Dunia luar sekarang mengibaratkan Indonesia adalah “sexy women” yang perlu dipenuhi kebutuhannya dengan produk yang berbau gaya hidup

Bila kita amati dengan seksama, sekarang toko online dalam bentuk market place. 99 % bisa kita lihat secara nyata, produk yang ditawarkan adalah produk yang berbau “tampilan” bukan lagi fungsi atau pun kebutuhan. Produk seperti gadget, pakaian, sepatu, jam tangan dan banyak lagi,  semuanya lebih ingin menunjukkan“ kelas”. Bagi pebisnis ini adalah “lahan basah” yang harus segera di tanami dengan cepat agar panennya lebih lama dan lebih banyak. Apalagi seperti kita ketahui rentang meledaknya usia produktif di Indonesia ada sekitar 10 tahun.

Usia produktif muda ini juga bisa menjadi mesin ekonomi baru di Indonesia jika di siapkan dengan baik. Dan karena era bonus demografi di Indonesia bersamaan dengan pesatnya kemajuan teknologi, pemerintah harus mulai siap dengan kebijakan kebijakan yang mendukung kemajuan teknologi informasi bagi anak muda dan membangun ekosistem ekonomi digital yang mendukung. Kolaborasi Universitas, Pemerintah, Perusahaan dan komunitas akan membangun dan menciptakan generasi muda di era bonus demografi menjadi lebih profesional dan menciptakan raksasa ekonomi baru di Nusantara.

2. BIG MARKET.

Para pebisnis sangat paham melihat trend. Ketika Jack Ma mendirikan Alibaba tahun 90an, masyarakat dunia belum banyak memamfaatkan daya ungkit internet dalam mengenalkan dan menjual produk dan jasa. Jack Ma melihat trend, bahwa internet adalah masa depan dunia penjualan. Pebisnis yang peka, bukan hanya melihat trend yang sekarang terlihat, tapi juga menganalisa, menyelidiki dengan survei, dan turun ke lapangan untuk langsung memastikan apakah hasil penelitian sebuah informasi memang sudah terjadi.

Khusus Indonesia, pasar wisata terbuka lebar, tapi yang terlihat belum terlalu spesifik dan masih sekedar tampilan luar. Kita dapat melihat seperti Lombok, Sumut, Sumbar, Riau, dan daerah lainnya telah berpacu dalam mengenalkan destiny wisata daerahnya. Permasalahannya, kecendrungan promosi tidak diimbangi dengan infrastruktur yang layak menuju daerah wisata.

Era bonus demografi yang memiliki pasar yang sangat besar dan butuh solusi yang tidak hanya sesaat tapi bisa berefek pada masyarakat, mendukung program pemerintah, dan syukur-syukur bisa menjaga keindahan alam. Hutan wisata belum terlalu dilirik oleh Kementerian Pariwisata atau pebisnis, padahal melihat jumlah hutan di Indonesia yang besar, kita bisa memamfaatkan hutan sebagai hutan wisata sekaligus membangkitkan kecintaan masyarakat perlunya menjaga hutan. Ibarat pepatah lama mengatakan “sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui”. Ini bisa terjadi jika pemerintah serius ingin menjaga hutan sambil memberdayakan masyarakat.

Jika kita melihat kemajuan China yang menjadikan industri rumah tangga menghasilkan komponen elektronika dan Korea selatan yang juga mampu menjadikan industri hiburannya mendunia, bangsa kita harus siap mengelola usia produktifnya seperti kedua negara tersebut. Masih banyak yang perlu kita tingkatkan lagi pasarnya di Indonesia, apalagi lautan Indonesia yang luas tentu menghasilkan nilai ekonomi yang juga besar dan berbagai macam hasil laut seperti ikan, transportasi laut, ESDM, dan lainnya. Jika ini terlaksana maksimal, ada sekitar 40 juta** serapan tenaga kerja yang akan menjadi “ mesin ekonomi” baru di Indonesia.

3. MIDDLE CALSS.

Era bonus demografi akan meningkatkan konsumsi masyarakat. Kebutuhan semakin meningkat dan ekomi akan kuat. Inilah harapan era bonus demografi yang segera akan kita terima satu kali dalam satu abad. Era ini juga harus kita waspadai, karena konsumsi masyarakat yang tidak terkendali akan menyebabkan pemborosan dan negara kita akan menjadi bangsa yang terperangkap oleh kelas menengah sehingga sulit menjadi negara maju.

Karena ini tidak terjadi terus menerus dan ada batasnya, kelas menengah di Indonesia akan sangat berpengaruh dalam lingkaran ekonomi. Kelas menengah akan full power dalam membelanjakan uangnya untuk memenuhi gaya hidupnya ( 2010 perkapita kelas menengah 3000 dollar USA ). Kita juga bisa istilahkan kelas menengah dengan “OKB” alias orang kaya baru.

Kelas OKB tentu saja baru menikmati masa hasil kerja kerasnya dan secara alami kebanyakan mulai merubah penampilan dan gaya hidupnya. Yang biasa pakai mobil di bawah 100 juta-an, sekarang sudah menggunakan mobil sedan 300 juta-an. Para pihak pembiayaan kredit yang sering disebut dengan leasing tentu tidak akan melewatkan kelas baru ini. Yang biasa mengunakan jam yang hanya menunjukkan waktu, sekarang mulai memakai jam bermerek luar negeri. Dan,yang pasti gaya berpakaian pun diubah untuk meningkatkan gengsi di depan kolega bisnis dan lingkungan masyarakatnya.

Cukup jelikah kita sebagai pebisnis melihat celah pasar middle class ini ?

4. INTERNET.

Siapapun sekarang bisa terkenal. Siapapun sekarang bisa menjadi pebisnis.Siapapun sekarang bisa ahli dalam hitungan jam. Kok bisa? Inilah zaman dimana kekuatan internet sudah mirip dengan tokoh pahlawan di komik dan televisi. Cepat, hebat, dan disukai.

Mengapa saya katakan demikian? Karena di era ini, cukup dengan hitungan detik saja anda sudah bisa membagikan pekerjaan, hasil karya, dan produk anda.Cukup dengan hitungan menit, melihat tutorial yang tersedia gratis anda sudah bisa membuka toko oline dan menjual barang barang yang anda rasa dibutuhkan orang lain. Hebatnya lagi anda tidak harus menjaga toko anda terus menerus agar tidak kehilangan pelanggan atau pun kemalingan.

Kalau dulu kita perlu membeli buku, membaca penelitian kepustaka, belajar kepada orang lain secara langsung, kini hal tersebut sudah menjadi relatif dan hebatnya lagi hampir tidak mengeluarkan biaya! Cukup dengan membuka internet anda dapat berseluncur mencari data hanya dengan kata kunci. Ribuan bahkan jutaan referensi anda bisa baca dan temukan. Jika anda orang tipe visual, internet juga menyediakan informasi dalam bentuk video.

Di Indonesia sekarang telah terkoneksi internet sekitar 132 juta*** dan dalam penggunaan smartphone negara kita juga tak kalah besarnya dalam memilikinya. Ada sekitar 94 juta pemakai.***Sungguh zaman sekarang adalah era yang sangat efisien.  Hanya, bagaimana kita mengelolanyalah yang sering menjadi masalah.

Pertanyaannya sekarang, sudahkah anda melihat celah daya ungkit era bonus demografi yang segera merata di Nusantara ?

Penulis : Bernard M.
Pemerhati isu bonus demografi Indonesia


Ketua Komunitas isu bonus demografi Bhakti Nusantara Riau
Developer Aplikasi Di Pekanbaru

 

Referensi :

*Data  BKKBN( Badan kependudukan dan keluarga berencana nasional )
** Data Kementrian Kelautan

*** Data APJII ( Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia )

 

 

Editor : RRMedia
Komentar Via Facebook :