Berselancar di Tsunami Bonus Demografi Nusantara

Berselancar di Tsunami Bonus Demografi Nusantara

Bonus Demografi Ini adalah, era dimana Indonesia mendapatkan daya ungkit dari usia produktif (15-64th)*. Kesempatan bangsa kita menjadi besar dan berpengaruh di dunia akan segera terjadi. Negara yang berada di garis khatulistiwa ini akan memiliki “ taring” kesempatan sekali seabad untuk menunjukkan bahwa dominasi perekonomian yang sudah lama di nikmati di Negara-negara barat dan kekuatan finansialnya akan beralih ke timur.

Pemaparan yang sangat membanggakan diatas bisa jadi "dongeng penutup" tidur anak kita dimalam hari. Dan, pada kenyataannya, pagi hari masih meratapi masa depan yang suram. Bonus tetaplah menjadi sia-sia jika tidak dimanfaatkan dengan tepat dan bijaksana.

Hampir mirip ketika kebanyakan karyawan atau pengusaha yang memanfaatkan kelebihan keuangannya untuk hal yang tidak produktif. Karyawan mungkin membeli barang-barang yang terlihat keren atau berlibur ketempat yang super mahal agar terlihat kaya.

Para pengusaha juga bisa blunder, memanfaatkan profit perusahaan untuk beriklan berlebihan agar terlihat makin besar atau malah membeli pesawat pribadi dan barang mewah lainnya agar masuk dalam jajaran orang super kaya versi majalah Forbes..

Bonus bisa membuat bencana bila tanpa rencana.

Sumber daya manusia era bonus demografi yang berlimpah ruah tahun 2020-2030  di Indonesia harus dicermati dengan jeli. Usia produktif angkatan kerja sekitar 180 juta* adalah peluang besar untuk kita sebagai bangsa yang besar merumuskan strategi yang tepat dan berkelanjutan dari sekarang. Dengan perbandingan sederhananya, usia produktif penduduk Indonesia digambarkan seperti 10 orang usia produktif kerja menanggung hanya 3-4 orang tidak produktif ( dibawah usia 15 tahun dan diatas usia 64 tahun )*. Inilah yang biasa disebut dengan fenomena bonus demografi dari sebuah negara.


KOMPETENSI

Menjadi lebih baik dalam profesi adalah solusi di era bonus demografi. Selalu meningkatkan kemampuan pribadi dalam bekerja dan berbisnis akan menunjukkan daya saing kita kepada dunia luar. Persaingan ketat dalam meraih pekerjaan akan tidak dapat di elakkan dalam era bonus demografi. Pemerintah juga harus awas melihat gelombang usia produktif ini. Jika tidak di kelola dengan kebijakan yang tepat dan berkelanjutan akan menjadi "tsunami" ekonomi dan pada akhirnya kesenjangan jurang social antara simiskin dan sikaya akan semakin dalam. Apalagi, sekitar 60 % dari 131 juta** angkatan kerja kita sekarang lebih banyak di dominasi pendidikan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Pastinya, jika hal ini  berlanjut, akan pasti mengguncang perekonomian negara kita menjadi tidak stabil dan gampang di dikte oleh bangsa lain. Apakah ini akan terjadi? Bisa ya, bisa pula tidak. Seluruh elemen masyarakat harus mulai dibuat melek akan isu bonus demografi agar sekarang bersiap dan meningkatkan mutu kepribadian dan kompetensinya.


KARAKTER

Siapa saja bisa dan memiliki kesempatan untuk maju dan sukses dalam usaha dan pekerjaannya. Siapa saja berhak menjalankan apa saja yang di sukai agar menjadi terbaik dan bermamfaat bagi masyarakat banyak. Permasalahannya, di era bonus demografi persaingan akan dipastikan semakin ketat. Siapa yang tidak cekatan dan jeli melihat kesempatan akan tereliminasi dan tersisih. Mungkin ini seperti menggambarkan "kengerian" dalam menghadapi tantangan era bonus demografi. Karena, dalam waktu 3 tahun lagi era bonus demografi akan mulai merata di Indonesia. Jangan sampai terjerumus dalam persaingan yang tidak sehat. Karakter baik atau biasa disebut etos kerja  harus menjadi bagian dalam diri kita.


Birokrat dinegara kita harus menjadi teladan pertama dalam perwujudannya di masyarakat. Image birokrat bertele-tele dan korup harus bisa di hilangkan paling tidak dikurangi. Kita bisa mengambil “role model” tokoh bangsa kita Bung Hatta yang jujur, bersih dan sederhana. Ini bukan tugas yang mudah bagi bangsa kita, tapi kita punya sejarah yang membuktikan bahwa bangsa kita bukan bangsa yang cengeng atau gampang menyerah dalam mewujudkan kemerdekaan.

Semangat dalam meraih kemerdekaan ini dapat kita alihkan untuk bersama-sama membangun bangsa yang berkarakter kuat, tidak mudah di kelabui hanya karena kekuasaan politik yang berakibat fatal bagi generasi berikutnya. Persatuan Indonesia sila ketiga Pancasila bisa menjadi "sapu lidi" kokoh yang membangun Indonesia sejahtera bersama-sama tanpa mementingkan kepentingan pribadi ataupun golongan.

Ada 4 hal penting yang bisa menjadikan “selancar” di era bonus demografi bisa melewati “tsunami” ekonomi dengan akhir yang mulus bagi Nusantara. Big market, Young, Middle class,dan Internet. Tunggu pemaparannya minggu depan.

 

Penulis : Bernard M.

Pemerhati isu bonus demografi Indonesia

Ketua Komunitas isu bonus demografi Bhakti Nusantara Riau

Developer Aplikasi Di Pekanbaru

 

Referensi :

*Data BKKBN ( Badan kependudukan dan keluarga berencana nasional )
** Data BPS Februari 2017 ( Badan Pusat Statistik )

 

Publish : RanahRiau.com

 

 

 

 

 

 

 

Editor : RRMedia
Komentar Via Facebook :