Pendulum Earthquake Sensor

Alat Pendeteksi Gempa ala Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Alat Pendeteksi Gempa ala Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Malang, RanahRiau.com- Indonesia dikenal sebagai negara yang acap terkena bencana gempa bumi di sejumlah daerah. Pada 2015 sendiri telah terjadi 184 kali gempa bumi di atas lima skala richter di Indonesia.

Melihat situasi ini, mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) menilai, Indonesia memang sudah seharusnya memiliki sistem pendeteksi dini gempa bumi. Indonesia sebenarnya telah memiliki alat tersebut tapi sayangnya masih kurang efisien kinerjanya. Mahasiswa Teknik Mesin UM, Yusuf Aji Wicaksono (20) bersama tiga mahasiswa UM lainnya pun berniat membuat detektor gempa bernama PEASE (Pendulum Earthquake Sensor). Alat yang telah diriset sejak Februari lalu ini dianggap lebih cepat mendeteksi gempa. Setelah mendeteksi, tanda peringatan evakuasi akan secara langsung mengeluarkan bunyi.

Mahasiswa UM lainnya, Rangga Ega Santoso (22) mengungkapkan bahwa alatnya memiliki tiga jenis sumbu amplitudo gempa bumi, yakni x, y dan z. Menurut dia, konsep sumbu z ini baru pertama kali diciptakan di Indonesia. "Sebelumnya belum ada," kata pria yang berasal dari Malang ini.

Selain itu, Rangga menambahkan, alatnya dilengkapi dengan ring khusus untuk menyetel ukuran getaran. Setiap daerah dapat menyetel ukuran getaran berapapun mengingat berbeda tingkat bahayanya.

Kemudian alat ini juga bekerja secara full otomatis yang dapat membantu kinerja detektor saat listrik padam. Jika terjadi demikian, detektor masih bisa bekerja karena konsumsi listrik rangkaiannya cukup kecil. Detektor juga dapat hidup hingga 30 jam dengan pasokan daya dari baterai berkapasitas 300 mAh.

"Dan alat kita sangat aplikatif terutama di daerah terpencil yang konturnya kurang mendukung penyebaran komunikasi atau informasinya," kata dia.

Meski sudah selesai rancangannya, alat ini masih tetap perlu peningkatan terutama pada sensitivitasnya. Alat ini juga berpotensi dapat dimanfaatkan di Gunung Kelud, Blitar nantinya. Sebab, para peneliti muda ini telah berkomunikasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Blitar agar dapat menggunakannya sebagai percontohan di suatu desa.

 

(Republika.co.id)

 

Editor : RRMedia
Komentar Via Facebook :